Siapa
yang tahu kapan orang yang dicintainya akan pergi?
Siapa
yang tahu orang yang baru dikenalnya tidak lagi bisa di temui?
Siapa
yang tahu orang yang di bencinya,tidak lagi ada?
Semua
punya jawaban sendiri, jika aku menjawab tidak ada satupun yang tahu, mungkin
aku salah
Bukan
untuk apa dan untuk siapa aku menulis cerita ini, untuk diriku sendiri dan jika
menginspirasi, itu sangat berharga.
Semakin aku jauh dari orang yang aku kasihi, semakin
aku mengerti cinta itu bukan untuk di simpan tetapi di ungkapkan dengan
perhatian,
Terlebih
kepada orang tua yang sering aku bantah ucapannya ketika aku masih muda
Mungkin
aku belum merasakan bagaimana menjadi orangtua, tetapi memiliki anak binaan
mengajarkanku arti cinta itu, kurang lebih seperti itu, tetapi jika di
bandingkan dengan cinta mereka yang menjadi orang tuaku, tidak seberapa.
Untuk
beberapa bulan ini, mungkin empat bulan kurang lebih, kematian menghampiriku.
Tidak jelas
mengapa menjadi penganggu sebelum tidur.
Ada
saja bayangan pertanyaan yang tak pernah
berhenti untuk menganggu ketenangan jiwa yang ingin terlelap
Ini
mengenai Kematian, Kematian Jiwa,Kematian Tubuh kematian Apapun yang di katakan
itu sangat menyakitkan
“Aku
akan Mengambil Papamu” sejenak responku
diam,
“Aku
akan Mengambil Papamu”
“Aku
akan Mengambil Papamu”
“Aku
akan Mengambil Papamu”
“Aku
akan Mengambil Papamu”
“Aku
akan Mengambil Papamu”
Kalimat
yang sama datang dalam sekian menit. Itu Siapa, itu bukan inginku
Dalam
batinku tidak ada satupun yang bisa mengambilnya selain Dia yang punya Kuasa
Batinku
Teriak mengingat dia Papaku,
Bagaimana
jika benar dia akan pergi? Aku belum sanggup
Aliran
air mata menghiasi selimut ku untuk kali itu setelah sekian lama tidak
“Aku
akan Mengambil Mamamu” kalimat yang muncul lagi sekian waktu setelah kalimat
pertama tidak datang
“Aku
akan Mengambil Mamamu”
“Aku
akan Mengambil Mamamu” “ itu
juga bukan inginku”
“Kau
menginginkannya dulu” “itu bukan
inginku”
“Kau
menginginkannya dulu” “BOHONG!!!”
“itu
inginmu” “TIDAK!!!!!!!!!”
Batinku
teriak itu bukan inginku, dulu?? Kapan dulu aku menginginkannya? Itu bukan
inginku
Itu
bukan inginku, itu bukan inginku, itu inginku, itu inginku
Itu
inginku dulu, dulu masa mudaku aku menginginkannya, ikatan kata itu masih tetap
sampai sekarang?
Aku
mencintai mereka.
“Aku
akan Mengambil Mamamu” “Cukup”
“Aku
akan Mengambil Mamamu” “tanpa seizinku”
“Aku
akan Mengambil Mamamu”
Tidak,
untuk kedua kalinya air mata membasahi bantalku
Kali ini
lebih sakit, karena itu pinta ku dulu “matilah kau”
Kali
ini memohon kepada yang punya Hidup, Tobatku
Isakan
tangis mulai terdengar,
Bagaimana
jika benar mamaku akan di panggil?
Serindu
aku kepadanya , setakut aku lebih
kehilangannya
Benar-benar
x ini fatal aku sangat merindukan mengisi hari-hari mereka dengan kebahagiaan
yang aku berikan
Mama
Papa itu bukan pintaku, itu bohongku
Dengan
kesungguhan hati, aku kembali meminta, Tobatku
Ketenanganku
sejenak membaik dengan kedatangan kalimat untuk beberapa waktu lagi.
“Aku
akan Mengambil Abangmu,Kakakmu,Adikmu”
kali ini membuatku muak
“Aku
akan Mengambil Abangmu,Kakakmu,Adikmu”
Tidak
“Aku
akan Mengambil Abangmu,Kakakmu,Adikmu”
“Aku akan Mengambil
Abangmu,Kakakmu,Adikmu” kali ini apa salahku?
“kau tidak memiliki mereka sungguh-sungguh” Aku
memilikinya, aku menyayangi mereka
“Kapan? “
“Buktinya?”
“Sifat anak-anak untuk memiliki?”
Aku
akan Mengambil
Abangmu,Kakakmu,Adikmu” “aku
mencintai mereka, sungguh”
Hening
adalah jawaban untuk kalimat yang menghampiriku
Tidak
lagi tangisan sendu tapi tangisan teriak yang menyesakkan
“Aku
akan Mengambil Abangmu,Kakakmu,Adikmu” “
Apa yang kau inginkan?”
“Kau”
“Aku? Bagaimana aku mencintai mereka lagi jika aku kau ingin ambil?”
“Kau
tidak saat nya, tapi aku ingin niatmu”
Tidak
berucap hanya meresapi maksud
Membenci,
Menyakiti hati, Melukai fisik, engkau tidak akan mendapatkannya lagi
Belajar
dari orang yang kehilangan yang aku lihat, itu belum saatku
“CINTAI
MEREKA SEMAMPU KAU MENCINTAI, LEBIH DARI MENCINTAI ITU YANG AKU INGINKAN”